Zuhud. Jadikan Dunia dalam Genggaman, bukan dalam Hati


Abbas Sahl bin Sa’d Al-Sa’idiy ra berkata : "Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi saw lalu berkata : " Wahai Rasululah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang apabila aku kerjakan niscaya Allah akan mencintaiku, dan manusia juga akan mencintaiku? Maka Rosulullah bersabda : "Berzuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan berzuhudlah kamu dalam hidup sesama manusia niscaya mereka akan mencintaimu". (H.R. Ibnu Majah, Tahabarani dan Baihaqi).

Tahukah Anda arti Zuhud itu..??

Dalam dunia tasawuf, Zuhud berarti menjadikan hati agar tidak terlalu tertarik dengan kehidupan Duniawi. Menurut Imam Al Ghozali zuhud adalah memalingkan diri dari kehidupan Dunia, dan tertuju kepada Allah SWT. Sdangkan menurut Ibnu Taimiyah, Zuhud adalah ‘meninggalkan apa yang tidak bermanfaat, demi kehidupan Akhirat’. Atau mengatur kadar kecintaan kita terhadap kehidupan Dunia, agar dapat menjadikan Akhirat sebagai tujuan hidup utama.

Zuhud itu berada di dalam hati, dengan menjadikan Dunia hanya ada di genggaman tangan (karena suatu saat kita pasti akan melepas dan meninggalkan Dunia ini), sedangkan hatinya selalu dipenuhi perasaan cinta kepada Allah dan senantiasa mementingkan akhirat.

Berperilaku zuhud bukan berarti berdiam diri. Zuhud bukan berarti sikap malas. Dan Zuhud bukan berarti meninggalkan urusan Dunia sama sekali. Zuhud adalah melakukan apa yang terbaik di Dunia ini, dengan tidak melupakan hak- hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim. Zuhud terhadap Dunia adalah mengatur kadar kecintaan kita terhadap Dunia itu sendiri, sedangkan Zuhud terhadap sesama manusia adalah menjadikan diri kita menjadi orang- orang yang bermanfaat, yang bisa menjadi penyejuk hati di tengan hiruk pikuk kehidupan manusia.

“Dunia kita adalah Akhirat kita”. Oleh sebab itu, jika ingin mendapatkan kehidupan yang baik di Akhirat, maka perbaikilah hidup kita di Dunia terlebih dahulu. Jangan sampai kita terlalu terpesona dengan kenikmatan Dunia yang fana. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan. Dan kehidupan Dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Lihat Q.S Al Hadid : 20) . Rosulullah pun bersabda : "Untuk apa dunia itu, Hubunganku dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi).

Imam Al Ghazali mengatakan : Dunia ibarat mutiara dalam tumpukan salju, suatu saat salju itu akan mencair, sehingga hanya ada mutiara yang kekal. Salju tersebut adalah kehidupan Dunia, sedangkan Mutiara yang dimaksud adalah kehidupan Akhirat.

Dunia ini akan penuh dengan kenikmatan, jika kita selalu ingat kepada Allah. Karena dunia adalah jembatan yang bisa menghubungkan hati kita dengan Allah. Maka pergunakanlah waktu kita yang sempit ini untuk selalu melakukan yang terbaik dan selalu beribadah kepadaNya. Silahkan taklukkan kehidupan ini dengan ilmu dan ketaqwaan yang kita miliki. Karena islam menjadikan kita sebagai orang- orang yang bermanfaat, bukan orang yang lemah dan mudah menyerah. Rosulullah pun bersabda : “Carilah apa yang bermanfaat bagi dirimu, mintalah pertolongan pada Allah, dan janganlah lemah”. (H.R Muslim).

Kesulitan kita dalam mengatasi setiap cobaan adalah suatu kebahagiaan, sedangkan diam bermalas- malasan dan tidak melakukan apa- apa adalah suatu bencana besar. Jadikan keimanan dan ketakwaan kita untuk dapat bersikap zuhud, dengan menjadikan Dunia ada di genggaman tangan kita, bukan di hati kita.

Memperkuat Ketajaman Mata Hati

Kehidupan manusia tentu mempunyai tingkatan yang berbeda- beda. Ada orang- orang yang menjalani hidupnya secara datar dan biasa. Namun ada pula orang- orang yang berjuang keras untuk menjalani kehidupan ini, karena selalu berjuang melawan setiap cobaan yang ada di hadapan mereka. Jika dibandingkan, keduanya tentu mempunyai kualitas yang jauh berbeda.

Masalah yang menyelimuti kita tidak mungkin akan berakhir, jika kita tidak menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut. Saat kita sudah yakin dan terbiasa menghadapi setiap masalah, sesungguhnya kita sendirilah yang tahu tindakan apa yang harus dilakukan. “Sebuah mata hati itu akan semakin tajam, jika ia sering digunakan. Dan sebenarnya pada saat itulah pertolongan Allah akan datang”.

Jangan Anda kira orang- orang yang senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah mempunyai tingkatan yang sama dengan orang lain. Mereka tentu berbeda. Mereka itu tidak sama; di antara Ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (Q.S Al Imran : 113).

Orang- orang yang selalu berdzikir dimanapun dia berada dan mau mengorbankan waktu tidur mereka untuk Tahajud akan senantiasa dibukakan mata hatinya untuk melihat dan membaca apa yang tersirat dibalik misteri hidup ini. Karena pada keheningan malam terdapat berbagai macam hikmah, sehingga kita dapat mengenal dan menjalin rahasia kedekatan yang lebih kepada Allah.

Sultan Muhammad Al Fatih”, seseorang yang tegas bila berhadapan dengan musuh tapi lembut bila berhadapan dengan rakyatnya. Ia bisa menaklukkan Konstatinopel saat berumur 21 tahun. Bukan karena jumlah pasukannya yang banyak, namun karena ia mempunyai rahasia kedekatan dengan Allah. Pada keheningan malam, dia selalu berkeliling untuk memastikan pasukan dan rakyatnya untuk melaksanakan shalat Tahajud serta bermunajat penuh agar senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah..

Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatnya sebagai Penakluk keganasan pasukan salib. Bukan pula karena ketangguhan pasukannya, tetapi karena ia mempunyai rahasia kedekatan dengan Allah. Rentetan kemenangan yang diraihnya adalah karena doa dan sholat-sholat malam yang penuh kekhusyu’an. Seorang ulama tersohor, Ibnu Katsir mengatakan, ”Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa, dan berjihad dengan akidah yang benar”. Istrinya bernama Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di hadapan suaminya, terlebih lagi di hadapan Allah. Malam- malam mereka adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai keimanan. Gemerisik dedaunan, desahan angin, dan tetesan air mata seakan menjadi pernak-pernik mereka dalam sujud yang panjang. MasyaAllah…

Maimun”, seorang budak yang miskin harta, hitam pekat. Lebih pekat dari malam-malam yang dilaluinya. Hanya manusia biasa, namun Malik bin Dinar & Tsabit Al Bunani kagum padanya, lantaran doanya yang sangat makbul karena ia selalu mengisi malam demi malam dengan tetesan air mata dan taqarrub pada Allah. Imam Ghazali pun menulis banyak rahasia kehidupan dalam bukunya yang berjudul Mukasyafatul Qulub (Rahasia Ketajaman Mata Hati).

Lakukanlah berbagai macam amalan, yang bisa membedakan kita dengan orang lain. “Jika ingin memperoleh tingkatan orang- orang yang berbeda, maka lakukanlah amalan- amalan berbeda, yang jarang dilakukan oleh orang lain”. Disaat orang- orang sibuk dengan urusan Dunia pada pagi harinya, maka luangkanlah sejenak waktu Anda untuk shalat dzuha, karena itulah kunci untuk membuka pertolongan Allah di siang harinya.

Pada saat orang- orang tidur terlelap pada 1/3 malam yang terakhir, maka bangunlah. Lakukan shalat Tahajud, karena itu akan memperkuat ikatan hati kita kepada Allah dan menjaga kita dari berbagai macam bencana. Saat melangkah dimanapun Anda berada, maka hidupkan hati Anda dengan senantiasa berdzikir kepada Allah , karena itu dapat membersihkan hati kita. Ibarat sebuah kaca berdebu, jika selalu dibersihkan maka ia akan dapat menerima tabir/ cahaya dari luar.

Seseorang yang dapat mengatasi setiap masalah yang ada, bukan karena ketangguhan yang ia miliki. Namun karena ia telah mendapatkan kunci pertolongan dan rahasia kedekatan dengan Allah. Allah telah membukakan tabir atau misteri dibalik masalah yang ia hadapi, sehingga ia sudah tahu apa yang harus dilakukan. Orang- orang biasa, hanya mempunyai 5 panca indra. Namun bagi orang- orang yang senantiasa mendekakatkan dirinya kepada Allah, maka ia akan dibukakan indra ke 6, yaitu “Ketajaman Mata Hati”.

Ibnu Munkadir berkata, “Tidak ada kelezatan di dunia ini kecuali pada 3 hal, yaitu: qiyamul lail, bertemu dengan saudara seiman, dan shalat berjamaah. Fudhail bin Iyadh berucap: Bila matahari terbenam, aku senang dengan kegelapan, karena aku dapat berkhalwat (bersunyi diri) dengan Rabbku. Namun bila matahari merekah, aku begitu sedih, karena banyak orang yang masuk menemuiku. Abu Sulaiman berkata : “Bila bukan karena malam, aku tidak suka untuk tinggal di dunia ini”. MasyaAllah…

Semoga artikel ini dapat menguak rahasia- rahasia kehidupan yang masih terpendam . Membuat kita menjadi golongan orang- orang yang mempunyai ketajaman mata hati, karena selalu mempunyai rahasia kedekatan dengan Allah pada setiap dzikir kita dan pada 1/3 malam yang terakhir. Amiin…

PRODUK GELANG KESEHATAN HERBAL - KLIK DISINI