Kembali berusaha memahami arti kehidupan. Memandang Dunia dari sisi yang berbeda untuk menguak apa yang masih tersembunyi. Mengubah pola pikir, untuk menjadikan setiap cobaan sebagai mutiara kehidupan. Menaklukkan cobaan tersebut, dan membuka tabir hikmah di dalamnya. Meracik dalam bentuk ilmu, dan menyampaikannya kepada teman- teman tercinta.
Saya punya sebuah cerita yg ingin saya curahkan kepada teman- teman sekalian. Saya punya seorang sahabat, sebut saja namanya Pak Rahmat. Beliau adalah seorang mahasiswa S3 UIN (Universitas Islam Negeri) di Yogyakarta, seorang calon Doktor jurusan Pengembangan Studi Islam. Suatu hari, 2 teman saya bersilaturahmi ke rumah beliau. Mereka bertanya kepada Pak Rahmat.
“Pak, Apa yang membuat Anda meneruskan pendidikan sampai ke S3.? Apakah karena perintah Allah, yaitu untuk menuntut ilmu setinggi- tingginya.?” Beliau menjawab: Tidak. Teman saya bertanya lagi, “Lantas apakah karena perintah Allah, untuk memerangi kebodohan.?” Beliau menjawab: Tidak juga. Teman saya bertanya, “Lantas apa yg membuat Anda meneruskan pendidikan sampai ke S3.?”
Beliau menjawab: “Saya hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain”. Saya terdiam sejenak… saat mendengar jawaban tersebut, saya seperti mendapat tamparan keras, Plaak..!!
MasyaAllah… Saya kagum dengan jawaban beliau. Perlu Anda ketahui, bahwa Pak Rahmat adalah seseorang yang buta. Kemanapun ia pergi, ia selalu membawa tongkat di tangannya. Di tengah keterbatasan fisiknya, dia tidak ingin hidupnya menjadi hampa dan sia- sia. Namun, keterbatasan fisik yg ia miliki justru menjadi pemicu semangatnya untuk selalu bangkit menjalani kehidupan.
Berkali- kali orang tuanya menyuruh beliau untuk diam saja di rumah, tapi beliau menolaknya. Beliau ingin mematahkan persepsi orang- orang yg mengatakan bahwa orang cacat adalah orang yg tidak berguna. Jadi beliau bangkit dan ingin menjadi orang yang bermanfaat dengan mengamalkan ilmunya kepada orang lain. MasyaAllah…
Sungguh betapa mulianya seorang mukmin yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sama sekali tidak ada keluh kesah dan air mata kesedihan. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap teguh mempertahankan keimanannya. Ia bisa menjadi penyejuk hati bagi orang-orang di sekitarnya.
Bagaimana dengan kita..? Sebagai seorang manusia yang dianugrahi kesempurnaan fisik, Apakah kita dapat bermanfaat dan menjadi Penyejuk Hati bagi orang lain.? Selama ini, hal trbesar apakah yang sudah Anda lakukan..?
Ini tentu menjadi pelajaran bagi kita. Di tengah hiruk pikuk kehidupan ini, jadilah seseorang yang bermanfaat. Seseorang yg dapat memberikan suntikan semangat, saat orang- orang disekitarnya sedang kelelahan. Dan seseorang yang bisa memberikan oase kesejukan hati di tengah hiruk pikuk kehidupan Dunia.
Jadikanlah deburan cobaan yang menerjang dan keterbatasan yang kita miutiara kehidupan. Karena dengan cobaan- cobaan itulah kita akan terlahir menjadi sosok manusia baru yang semakin tangguh. Sosok manusia yang menjadikan cobaan Dunia ini hanya sebagai permainan belaka, karena ia tahu. Bahwa cobaan yg sebenarnya baru akan dihadapi pada hari Akhir.
Yaitu saat kita diberi pertanyaan oleh malaikat di alam kubur. Saat keringat kita bercucuran di Padang Mahsyar. Saat kita akan menyeberangi jauhnya Jembatan Shiratal Mustaqim. Dan saat kita akan dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu Surga atau Neraka. Itulah cobaan terberat kita sesungguhnya, saat dimana kita akan berjuang sendiri- sendiri dan tidak bisa meminta pertolongan orang lain.
Semoga artikel ini dapat membuka pandangan kita lebih luas. Membuat kita menjadi orang- orang yang selalu bersyukur dan bermanfaat bagi orang lain. Serta dapat memberikan sedikit kesejukan hati kepada kita, sebagai bekal untuk menjalani hari demi hari di Dunia ini. Amiin…
sungguh menginspirasi saya :) makasih mas
BalasHapusbagaimana caranya menjadi manusia yang sabar,saat semua orang menjatuhkan kita?
BalasHapus